Setelah mendapat info dari salah satu kawan bahwa Bank BNI mengadakan lomba menulis blog dengan tema jangan malu bertanya agar tidak sesat. Aku jadi teringat pengalaman pertamaku pergi keluar Negeri. Dengan bermodalkan bertanya aku dan sahabat menjelajahi negeri Singa tersebut.

Singapura adalah pilihanku dan para sahabatku, Jane dan Wenty. Selama hampir  6 bulan kami selalu mantengin website salah satu maskapai penerbangan untuk mencari tiket yang sangat murah, hingga suatu hari Wenty menghubungi aku dan Jane untuk memberitahu kalau ada tiket murah ke Singapura Rp.600.000 untuk tiket pulang pergi, kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dengan bermodalkan kartu kredit Wenty kami booking dan melakukan pembayaran.

Enam bulan kemudian tibalah waktu yang kami tunggu-tunggu, semalaman aku tidak bisa tidur membayangkan apa yang akan kami lakukan di sana, kemana saja kami akan pergi termasuk bagaimana kami berkomunikasi nanti di sana. Karena jujur saja bahasa inggrisku sangat kacau, aku hanya berharap kepada kedua temanku ini agar dapat kuandalkan.

Pukul  8 malam waktu Singapura kami tiba di Bandara Changi, waaaaaaooooww bandara yang sangat keren, bagus dan bersih. Pantas saja bandara Changi adalah salah satu bandara yang terbagus  di dunia. Semakin kami memasuki bandara semakin kami terperangah melihatnya (mungkin saja kami yang norak, maklumlah baru pertama kali keluar negeri sehingga perbandingan yang kami punya hanya dengan bandara Soetta yang paling keren selama ini dibanding bandara-bandara lain di Indonesia), aku kaget saat melihat seseorang minum di tempat yang menurutku seperti wastafel  gila itu ada orang yang minum ditempat cuci tangan, kataku kepada teman-temanku dan kamipun bertanya kepada office girl yang kami temui, kenapa ada orang yang minum di situ. dan ternyata itu memang tempat minum. (hahaha baru pertama kali melihat ada yang seperti itu sehingga akupun mencoba minum di situ).

Kami bingung pintu keluar bandaranya sebelah mana, kami sudah mengelilingi bandara hampir satu jam. Jane dan Wenty hampir menangis karena takut kami tidak menemukan pintu keluar. Mau bertanya kami malu, malu tidak tahu mau ngomong apa ? Wenty dan Jane yang seharusnya menjadi andalanku saat ini untuk  bertanya tidak bisa diharapkan karena mereka sudah sangat ketakutan, akhirnya aku berfikir aku harus bertanya dimana ini jalan keluar, tapi bahasa Inggrisku sangat kacau ditambah aku sangat grogi sehingga aku putuskan untuk mencari seseorang yang bisa bahasa melayu. Mataku-pun mulai menjelajah disekitar  Bandara, aaaaaaaa akhirnya aku menemukan seorang laki-laki paruh baya bertubuh mungil, berkulit sawo matang , aku berfikir dia pasti bisa bahasa Indonesia atau minimal bahasa melayu, Akupun langsung mengatakan kepada teman-temanku yang sudah hamper menangis, ayooo kita Tanya ke bapak itu saja dimana jalan keluar, ajakku, Bapak itu pasti bisa bahasa melayu atau mungkin dia orang Indonesia kelihatan dari warna kulitnya, lanjutku pada mereka sambil menunjuk bapak yang sedang memegang sapu (mungkin bapak itu OB). Merekapun dengan semangat mengikutiku.“Beginilah jika malu bertanya pasti tersesat walaupun ditengah keramaian”.

Akhrinya kami menemukan jalan keluar bandara, sekarang  yang kami pusingkan adalah tempat penginapan. Menurut info dari temannya Wenty yang pernah kesini kami harus mencari penginapan daerah Bugis,  karena daerah Bugis tempat yang paling strategis dan mudah mendapatkan kendaraan  umum kemana saja.


Kami  jalan saja kemana kaki kami melangkah jika bertemu sesorang Jane dan Wenty pasti bertanya kepada mereka kemana jalan menuju Bugis. Kurang lebih satu jam kami berjalan, kami bertemu dengan beberapa orang  dan mereka bisa bahasa melayu, merekapun sama dengan kami sedang mencari penginapan dan kami memutuskan mengikuti mereka. Kami tiba di suatu tempat yang sangat gelap (remang-remang) kami mengikuti mereka memasuki salah satu hostel, kami ikut melihat-lihat kondisi penginapan disana hingga entah kenapa Wenty mulai was-was dan bertanya apa nama lokasi ini. Kali ini giliran Jane yang bertanya kepada resipsionis apa nama daerah ini, Litle India adalah nama lokasinya dan Wenty langsung syok dan berbisik kepadaku kalau kami tidak akan menginap di sini karena menurut  info dari temannya Wenty, di sini sangat berbahaya bagi perempuan, dan kamipun permisi kepada resipsionis kalau kami akan mencari penginapan lain yang lebih murah (alasan aja biar dianggap kere dan iklas melepas kami).

Bugis adalah tujuan kami, lagi-lagi setelah Wenty dan Jane berganti-gantian bertanya jalan menuju Bugis akhirnya kami menemukannya, kamipun menemukan penginapan dipinggir jalan yang bersih dan nyaman “Cozy Corner”nama penginapannya, penginapan ala backpacker murah dan bersih dan yang penting petugas penginapannya bisa berbahasa melayu sehingga kami mudah jika ingin bertanya.

Berkat sipetugas penginapan, kami tahu jalan menuju Little Cina, hanya sekali naik busway dari penginapan. Setelah puas mengelilingi Little Cina kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Sekali lagi kesoktauanku mengajak para sahabatku untuk menaiki bus yang kami naiki tadi menuju ke sini.



Sudah hampir 2 jam kami tidak sampai ke tujuan kami, tetapi kami malu untuk bertanya dan akupun masih sangat yakin dengan diriku sendiri. Tenang, kataku kepada mereka kita pasti sampe, hingga akhirnya bus berhenti dan ternyata itu dipemberhetian terakhir, kami turun, diluar sedang gerimis dan kami tidak tahu ini ada di mana. Dan kami masih malu bertanya, hingga akhirnya Wenty dan Jane mendesakku untuk bertanya kepada seseorang karena ini semua adalah salahku.

Sekali lagi aku menggunakan instingku, mencari-cari orang yang bisa aku tanyai pakai bahasa melayu. Dan tedeeeeeeeeng ternyata kami di depan sebuah minimarket dan ada seorang perempuan muda yang sedang membawa belanja dan menghampiri halte tempat kami menunggu dan akupun berniat bertanya padanya. Dan benar saja dia adalah orang Indonesia yang bekerja di sini sebagai asisten rumah tangga ( kalo di Indonesia di sebut pembantu). Ternyata kami salah jalan, kami sekarang berada di perbatasan Singapura dan Malaysia, seharusnya kami tadi bukan naik bus itu dan saya baru tahu kalo di sini berbeda dengan di Indonesia (kalo di Indonesia kamu berangkat naik apa kesalah satu tempat pulangnya juga harus naik itu, klo di singapura tidak seperti itu). "malu bertanya benar-benar sesat dijalan:.

Esoknya kami ingin pergi ke yang ada patung Singanya (merlin lion) berkat bertanya kembali kepada petugas hostel kami jadi tahu harus naik bus nomor berapa kesana, dan kali inipun nyasar  lagi (salah turun) dan harus jalan lagi beberapa meter menuju sisinga. Dan sekarang giliranku yang harus bertanya jalan menuju sisinga, dengan pede aku bertanya pada seseorang  yang aku jumpai, excuse me, I want to go to merlin lion, where ? kira-kira begitu pertanyaanku, dan yang ditanyapun bingung dan cuma geleng-geleng.


Sekarang giliran Wenty yang bertanya, entah apa yang dikatakannya hingga silawan bicaranya mengatakan “merlin lion ?” menperjelaskan pertanyaan Wenty karena tadi dia bertanya dengan kata merlin lion (membaca dan tulisan sama ) yang seharusnya dibaca adalah (merlin layen) dan Wenty baru sadar jika dia salah pengucapan, dia masih terbawa oleh ucapanku merlin lion (tulisan dan bacaan sama) hahahaha akhirnya  kami tertawa terbahak-bahak, Wenty dan Jane mencubitku karena kesal dan malu.

Keesokannya kami ingin mengunjungi Univesal Studio, sekali lagi kami harus bertanya kepada si petugas penginapan jalan dan harus naik apa ke sana, dan kami harus naik MRT dan sekali lagi kami tetap nyasar, kali ini nyasarnya jauuuuuuuuh hampir 1 jam kami harus jalan kaki. Dan sesampainya di sana kami lapar, makanan di sana sangat mahal, untung tadi saya sempet bungkus beberapa roti breakfast saya. Kami bagi 3 dan kami lahap. 




Begitulah sedikit pengalama saya saat pertama kali pergi keluar Negeri, bertanya memang sangat penting dan jangan pernah malu unutuk bertanya agar tidak tersesat. Karena dengan bertanya juga hidup akan lebih mudah.



,,,,,.
PS:
untukmu seseorang yang kusebut namamu dalam tulisan ini, mungkin hubungan kita tidak lagi sebaik saat kita melakukan perjalanan ini, tapi yakinlah aku sangat kehilanganmu dan sedih harus kehilanganmu. mudah-mudah di suatu tempat di sana kau bisa membaca tulisanku ini dan kau sadar bahwa ada seseorang yang merindukanmu. 
kita tahu persahabatan tidaklah selalu mulus, pasti ada cobaan dan kerikil kerikil yang mewarnai persahabatan kita, tapi mungkin persahabatan kita memang tidaklah kuat sehingga kita harus berpisah.




0 Comments